BAB XII
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Tujuan Pembelajaran
Setelah
mempelajari masalah Pembangunan Ekonomi Daerah pada BAB XII ini pembaca dan
mahasiswa diharapkan mampu:
1.
Menjelaskan
pengertian dan pembangunan ekonomi daerah
2.
Menjelaskan
macam-macam model pembangunan ekonomi daerah
3.
Memahami
paradigma baru pembangunan ekonomi daerah
4.
Menjelaskan
strategi pembangunan ekonomi daerah
A.
PENDAHULUAN
Dengan berlakunya Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Ekonomi
Daerah pada BAB XII ini tentang perubahan atas UU nomor 22 Tahun 1999 tentang
otonomi daerah, maka terjadi pula pergeseran dalam pembangunan ekonomi yang
tadinya bersifat sentralistis, mengarah kepada desentralisasi, yaitu dengan
memberikan kekuasaan dan keleluasaan kepada daerah untuk membangun wilayahnya
termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya.
Sebelum kita membicarakan masalah pembangunan ekonomi daerah, marilah
kita bahs tentang pengertian daerah (regional), karena daerah memiliki beberapa
pengertian yang berbeda, hal ini tergantung pada aspek tinjauannya. Misalnya
pengertian daerah ditinjau dari aspek hukum, aspek keamanan, aspek
kepemerintahan, dan sebagainya. Namun dalam bagian ini, pengertian daerah hanya
akan ditinjau dari aspek ekonomi saja.
Ditinjau dari
aspek ekonomi, daerah mempunya pengertian sebagai berikut:
1.
Suatu
daerah dianggap sebagai ruang dimana terdapat kegiatan ekonomi dan didalam
pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat
tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita, social budaya,
geografisnya dan sebagainya. Daerah yang memiliki ciri-ciri seperti itu disebut
daerah homogeny.
2.
Suatu
daerah dianggap sebagai ekonomi ruang apabila daerah tersebut dikuasai oleh
satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian itu disebut
daerah modal.
3.
Suatu
daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu administrasi
tertentu seperti satu provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan sebagainya.
Daerah disini didasarkan pada pembagian administratif suatu negara. Daerah
dalam pengertian ini disebut daerah administrasi
B.
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Lincoln Arsyad (2000) memberikan pengertian pembangunan ekonomi daerah
adalah “ suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru
dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
wilayah tersebut”.
Dalam pembangunan ekonomi daerah yang menjadi pokok permasalahannya
adalah terletak pada kebijakan-kebijakan pembanguna yang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous)
dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya
fisik secara local (daerah). Orientasi ini mengarah pada pengambilan inisiatif
– insiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan-kegiatan
ekonomi.
Pembanguna ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan
institusi-institusi baru, pembangnan industri – industri alternatif, perbaikan
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih pengetahuan dan teknologi, serta
pengambangan usaha-usaha baru.
Tujuan utama dari setip pembangunan ekonomi, daerah adalah untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus
bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu,
pemerintahan daerah dengan partisipasi masyarakatnya, dengan dukungan sumber
daya yang ada harus mampu menghitung sumberdaya-sumber daya yang diperlukan
untuk merancang dan membangun ekonomi daerahnya.
C.
PERMASALAHAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
1.
Ketimpangan
Pembangunan Sektor Industri
Konsentrasi kegiatan ekonomi
yang tinggi didaerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebapkan
terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Pertumbuhan ekonomi didaerah
dengan kosentrasi ekonomi yang tinggi cenderung pesat, sedangakn daerah yang konsentrasi
ekonominya rendah ada kecenderungan tingkat pembanguna dan pertumbuhan
ekonominya juga rendah
Industri manufaktur
merupakan sector ekonomi yang secara potensial sangat produktif, hal ini dapat
dilihat dari sumbangan terhadap pembentukan PDB atau PDRB. Terjadinya
ketimpangan pembangunan sector industry atau tingkat industrialisasi antar
daerah adalah sebagai salah satu faktor pnyebap terjadinya ketimpangan ekonomi
antar daerah. Kurang berkembangnya sector industry diluar Jawa merupakan salah
satu penyebap terjadinya kesenjangan ekonomi antar Jawa dengan wilayah luar
jawa. Pada daerah diluar Jawa, seprtu Sumatra, Kalimantan Timur, Papua, bisa
menjadi wilayah-wilayah yang sangat postensial untuk mengembangkan sector
inductri manufaktur. Hal ini da0pat dilihat dari dua hal yaitu (1) ketersediaan
bahan baku, (2) letak geografis yang dekat dengan negara tetangga, yang bisa
mnejadi potensial pasar yang besar disamping pasar domestik.
2.
Kurang
Meratanya Infestasi
Dalam teori pertumbuhan
ekonomi Harrod-Domar dikatakan bahwa ada korelasi positif antar tingkat
infestasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan kurangnya infestasi
di suatu daerah membuat pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita masyarakat
didaerah tersebut rendah. Hal ini dikarenakan tidak adanya kegiatan – kegiatan
ekonomi yang produktif seperti industry manufaktur. Dalam hal ini infestasi, di
Jawa tetap merupakan wilayah yang dominan bagi PNDN (hampir 66 %), Sumatra
(16.1%), dan selebihnya diluar Jawa dan Sumatra. Sedangkan untuk PMAA hampir
76% di Jawa dan 12.4 % di Sumatra. Sedangak daerah lainnya jumlah investasi
rata-rata kurang dari 5%. Sehingga apabila selama ini ada transfer of technology management, know-how dan input-input positif
lain yang dibawa oleh PMA tentunya hal ini lebih banyak dinikmati oleh
masyarakat dan dunia usaha di Jawa. (Sumber
data BPS ditolak). Terhambatnya perkembangan investasi didaerah disebapkan
banyak faktor, diantaranya kebijakan dan birokrasi yang selama order baru
terpusat, keterbatasan infranstruktur dan sumber daya manusia diluar Jawa.
3.
Tingkat
Mobilitas Faktor Produksi yang rendah
Kurang lancarnya mobilitas
faktor produksi, seperti tenaga kerja dan kapasitas antar daerah juga merupakan
penyebap terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hal ini terjadi karena laju
pertukmbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya perbedaan tingkat
pendapatan perkapita antar daerah, dengan asumsi mekanisme pasar output dan
input bebas (tanpa distorsi yang direkayasa, Misalnya kebijakan Pemerintah). Mempengaruhi
mobilitas produksi antar daerah. Menurut A. Lewis dalam Lincoln Arsyad (2000)
jika perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka pada
akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua
daerah akan menjadi lebih baik (dalam pengertian pareto optimal : semua daerah mengalami better off).
4.
Perbedaan
Sumber Daya Alam
Pemikiran klasik yang
mengatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah yang kaya sumber daya alam akan
lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerha yang
miskin sumber daya alam. Hingga tingka tertentu pendapat tersebut dapat
dibenarkan, dalam arti sumber daya manusia dilihat hanya sebagai modal awal
untuk pembangunan, dan selanjutnya harus dikembangkan terus menerus. Oleh
karena itu, diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya adalah faktor teknologi
dan sumber daya manusia. Deang penguasaan teknologi dan peningkatan sumber daya
manusia, maka lambat lain faktor endowment tidak relevant lagi. Hal ini
dapat kirta lihat negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan
Singapura yang sangat miskin Sumber Daya Alam.
5.
Ketimpangan
Demografis
Ketimpangan ekonomi regional
di Indonesia juga disebapkan oleh perbedaan kondisi geografis antar daerah.
Kondisi ini berpengaruh terhadap jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat
pendapatan penduduk, pendidikan, kesehatan, kedisiplinan, dan etos kerja. Faktor0faktor
ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dari sisi
permintaan dan penawaran.
Disisi permintaan jumlah
penduduk yang besar, merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang
berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari sisi
penawaran, jumlah penduduk yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang
baik, disiplin dan etos kerja yang tinggi merupakan aset penting bagi produksi.
6.
Kurang
Lancarnya Perdagangan antar Daerah
Kurang lancarnya perdagangan
antar daerah (intra-trade) juga
merupakan faktor yang turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional Indonesia.
Tidak lancarnya intra-trade
disebapkan oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi. Jadi, tidak lancarnya
arus barang dan jasa antar daerah mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dari sisi permintaan dan penawaran.
Dari sisi permintaan,
kelengkapan barang dan jasa untuk konsumen mempengaruhi permintaan pasar
terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi local yang sifatnya komplementer (mendukung)
dengan barang dan jasa tersebut. Sedangkan, dari sisi penawaran, sulitnya
mendapatkan barang modal, input perantara, bahan baku atau material lainnya,
dapat menyebapkan kegiatan ekonomi suartu daerah lumpuh atau tidak berjalan
secara optimal.
D.
PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Lincoln Arsyad (2000) mengatakan bahwa ada empat peran yang dapat
diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan ekonomi didaerah,
yaitu, sebagai entrepreneur, coordinator,
fasilitator, dan stimulator untuk melakukan inisiatif dan inovatif dalam pembangunan
daerah.
1.
Enterprenenur
Peran pemerintah sebagai
entrepreneur adalah merupakan tanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha
bisnis di daerahnya. Dalam hal ini pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu
usaha sendiri dengan membentuk Badan Usaha Milik daerah (BUMD) atau bermitra
dengan dunia usaha swasta namun kegiatan usahanya tetap dalam pengendalian
pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus mampu mengelola aset-aset pemerintah
daerah dengan lebih baik dan ekonomis sehingga mampu memberikan keuntungan bagi
pemerintah daerah.
2.
Koordinator
Pemerintah daerah harus
mampu bertindak sebagai coordinator dalam pembangunan ekonomi didaerahnya,
yaitu melalui penetapan – penetapan kebijak atau mengusulkan strategi pembangunan ekonomi
yang komprehensif bagi kemajuan daerahnya. Dalam peran ini, pemerinrtah daerah
bisa melibatkan kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk proses pengumpulan
data dan evaluasi tentang informasi yang berkaitan dengan kondisi perekonomian
daerah.
Pemerintah daerah dapat juga
melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya dunia usaha dan masyarakat dalam
menyusun sasaran-sasaran ekomi,. rencana-rencana, dan strategi strategi
pelaksanannya. Pendekatan ini sangat postensial dalam menjaga konsistensi
pembanguan daerah dan pembangunan nasional , serta untuk menjamin bahwa
perekonomian didaerah akan mendapatkan manfaat yang optimal.
3.
Fasilitator
Pemerintah daernah dapat
berperan sebagai fasilitator dengan cara mempercepat pembangunan melalui
perbaikan lingkungan attudinal
(perilaku atau budaya masyarakat) didaerahnya.
Hal ini perlu dilakukan
untuk mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan, serta pengaturan
penetapan tata ruang daerah (zoning)
yang lebih baik.
4.
Stimulatoru
Pemerintah daerah dapat
berperan sebagai stimulan dalam penciptaan dan pengembangan usaha melalui
tindakan-tindakan khusus yang dapat mempengaruhi dunia usaha untuk masuk
kedaerah tersebut dan menjaga agar perusahaan – perusahaan yang ada tetap eksis
berada didaerah tersebut. Stimulus ini dapat dilakukan antara lain dengan
pembuatan brosur-brosur, pembangunan kawasan industry, pembangunan outless untuk produk-produk UMKM dan
Koperasi, membantu UMKM dan koperasi untuk melakukan pameran dan sebagainya.
E.
PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Teori pembangunan yang ada sekarang ini, sudah tidak mampu untuk
menjelaskan kegiatan –kegiatan pembangunan ekonomi daerah yang secara tuntas
dan komprehensif. Oleh karena itu, perlu dirumuskan suatu pendekatan alternative
untuk pembangunan ekonomi daerah. Rumusan ini sebenarnya merupakan sintesa dan
perumusan kembali konsep-konsep yang telah ada. Pendekatan ini diharapkan dapat
memberikan dasar bagi kerangka pikir dan rencana tindakan yang akan diambil
dalam konteks pembangunan ekonomi daerah. Seperti kita ketahui bersama bahwa
kerangka berpikir dalam konteks pembangunan ekonomi daerah yang lama adalah:
1.
Dalam
rangka memberikan kesempatan kerja, maka semakin banyak perusahaan maka semakin
banyak peluang kerja.
2.
Basis
pembanguan terletak pada pembangunan sector ekonomi
3.
Pengalokasian
aset aset didasarkan pada keunggulan komparatif aset aset fisik.
4.
Sumber
daya pengetahuan didasarkan pada ketersediaan angkatan kerja.
Sedangkan dengan paradigma baru, pembangunan ekonomi daerah didasarkan
pada kemampuan perusahaan untuk mengembangkan pekerjaan (memberikan kesempatan
kerja) sesuai dengan kondisi penduduk daerah. Untuk basis pembangunan ini tidak
lagi berdasarkan pada sector, tetapi lebih kepada pengembangan lembaga-lembaga ekonomi
baru, dan pengalokasian aset-aaset didasarkan pada keunggulan kompetitif yang
didasarkan pada kualitas lingkungan. Disamping itu juga sumber daya pengetahuan
dijadikan sebagai pembangkit pertumbuhan ejkonomi daerah.
Untuk lebih jelas tentang pendekatan tersebut, dapat dilihat pada sajian
tabel 12.1 dibawah ini:
Tabel
12. 1 Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Daerah
|
KOMPONEN
|
KONSEP LAMA
|
KONSEP BARU
|
|
Kesempatan Kerja
|
Semakin banyak perusahaan = semakin banyak peluang
kerja
|
Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi
daerah
|
|
Basis Pembangunan
|
Pengebangan Sektor Ekonomi
|
Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru
|
|
Aset-Aset Lokasi
|
Keunggulan komaratif didasarkan pada aset fisik
|
Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas
lingkungan
|
|
Sumber daya pengetahuan
|
Ketersediaan angkatan kerja
|
Pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi
|
Sumber: Lincolin Arsyad (2000)
F.
STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Sebelum membahas strategi pembangunan ekonomi daerah,kita coba mengingat
kembali tujuan strategi pembangunan ekonomi.Secara umum strategi pembangunan konomi
adalah pengembangan kesempatan kerja bagi penduduk yang ada sekarang dan upaya
untuk mencapai stabilitas ekonomi,serta mengembangkan basis ekonomi dan
kesempatan kerja yang beragam.Pembangunan ekonomi akan berhasilbila mampu
memenuhi kebutuhan dunia usaha.Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya fluktuas iekonomi sektoral,yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kesempatan kerja.
Lincolin Arsyad
(2000) secara garis besar menggambarkan strategi pembangunan ekonomi daerah
dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu:
1.
Strategi
Pengembangan Fisik (Locality or Phiysical
Development Strategy)
Melalui pengembangan program perbaikan kondis ifisik/lokalitas daerah
yang ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan,
pemerintah daerah akan berpengaruh
positif bagi pembangunan dunia usaha di daerah. Secara khusus, tujuan strategi
pembangunan fisik ini adalah mencitakan identitas daerah/kota, memperbaiki
pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat, dan memperbaiki daya
tarik pusat kota (civic center) dalam upya memperbaiki dunia usaha daerah.
Untuk mencapai tujuan pembangunan fisik tersebutdiperlukan alat-alat pendukung,
yaitu:
a.
Pembuatan
bank tanah (land banking), dengan tujuan agar memiliki data tentang tanahyang
kurang optimal penggunaannya, tanah nyang belum dikembanogkan, atau salah dalam
penggunaannya, dan sebagainya.
b.
Pengendalian
perencanaan dan pembangunan dengan tujuan untuk memperbaiki iklim investasidi
daerah dan memperbaiki citra pemerintah daerah.
c.
Penataan
kota (townscaping), dengan tujuan untuk memperbaiki sarana jalan, penataan
pusat-pusat pertokoan, dn penetapan standar fisik suatu bangunan.
d.
Pengaturan
tata ruang (Zoning) dengan baik, untukmerangsang pertumbuhandan pembangunan
ekonomi daerah.
e.
Penyediaan
perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh positif bagi dunia usaha,
disamping menciptakan lapangan kerja.
f.
Penyedian
infrastruktur seperti : sarana air bersih, listrik, taman,sarana parker, tempat
olah raga dan sebagainya.
2.
Strategi
Pengembangan Dunia Usaha ( Business
Development Strategy)
Pengembangan dunia usaha merupakan komponen pnting dalam pembangunan
ekonomi daerah, karena daya tarik,kreativitas atau daya tahan kegiatan dunia
usaha ,adalah merupakan cara terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang
sehat .Untuk mencapai tujuan pembangunan fisik tersebut diperlukan alat-alat
pendukung,antara lain:
a.
.Penciptaan
iklim usaha yang baik bagi dunia usaha ,melalui pengaturan dan kebijakan yang
memberikan kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama mencegah
penurunan kualitas lingjkungan.
b.
Pembuatan
informasi terpadu yang dapat memudahkan masyarakat dan dunia usaha untuk
berhubungan dengan aparat pemerintah daerah yang berkaitan dengan perijinan dan
informasi rencana pembangunan ekonomi daerah.
c.
Pendirian
pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil ,karena usaha kecil perannya
sangat plenting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumber dorongan
memajukan kewirausahaan .
d.
Pembuatan
sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang ekonomis dalam
produksi,dan meningkatkan daya saing terhadap produk impor,serta sikap
kooperatif sesame pelaku bisnis.
e.
Pembuatan
lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang).Lembaga ini diperlukan untuk melakukan
kajian tentang pengembanngan produk baru,teknologi baru,dan pencarian pasar
baru.
3.
Strategi
Pengembangan Sumber-daya Manusia (Human
Resource Development Strategy)
Strategi pengembangan
sumberdaya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan
ekonomi.Oleh karena itu pembangunan ekonomi tanpa dibarengi dengan peningkatan
kualitas dan keterampilan kualitas dan keterampilan sumber daya manusia adalah
suatu keniscayaan .Pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan
cara :
a.
Pelatihan
dengan sistem customized training,yaitu
sistem pelatihan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan sipemberi kerja.
b.
Pembuatan
bank keahlian (skill banks),sebagai
bank informasi yang berisi data tentang keahlian dan belakang orang yang
menganggur di daerah.
c.
Penciptaan
iklim yang mendukung bagi perkembangan lembaga –lembaga pendidikan dan
keterampilan di daerah.
d.
Pengembangan
lembaga pelatihan bagi para penyandung catat.
4.
Strategi
Pengembangan Masyarakat (Community-Based
Development Strategy)
Strategi pengembangan
masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditunjukan memberdayakan (empowerment) suatu kelompok masyarakat
tertentu pada suatu daerah .Kegiatan-kegiatanini berkembangan baik di Indonesia
belakangan ini,karena ternyata kebijakan umum ekonomi yang tidak mampu
memberikan manfaat bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentuh.
Tujuan kegiatan ini adalah
untuk menciptakan manfaat sosial,seperti misalnya dengan menciptakan
proyek-proyekpadat karyauntuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh
keuntungan dari usahanya.
G.
SOAL LATIHAN
1.
Jelaskan
pengertian daerah ditinjau dari aspek ekonomi !
2.
Apa
yang dimaksud dengan pengembangan ekonomi daerah ?
3.
Dalam
pengembangan ekonomi di daerah harus memperhatikan faktor endogenous.Hal ini
biasanya menjasdi persoalan dalam pembangunan di daerah.Jelaskan pendapat anda
bagai mana cara mengatasinya ?
4.
Apa
yang menjadi permasalahan dalam pembangunan ekonomi daerah.?
5.
Apa
peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi daerah ?
6.
Bagaimanakah
paradigm baru dalam pembangunan ekonomi daerah ?Apa yang membedakan dengan
kerangka berpikir yang lama ?
7.
Bagaimanakah
strategi dalam pembangunan ekonomi daerah ?
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu,Anggito,2000,Ekonomi
Indonesia Baru : Kajian dan Alternatif Solusi Menuju Pemulihan
,Jakarta:Elex Media Komputindo.
Anoraga
,Pandji,1994, BUMN, Swasta dan Koperasi : Tiga Pelaku Ekonomi, Jakarta :
Pustaka Jaya
Arsyad,
Lincolin, 2000, Pengatur Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah (Edisi Pertama ), Yogyakarta
: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Badan
Pusat Statisti (2002), Buletin Statistik Indonesia”
indicator ekonomi “, edisi juli 2002
Basalin, Umar, 2000, Perekonomian Indonesia : Krisis
dan Strategi Alternatif, Jakarta
: pustaka Cidesindo
Dumairy,
1997, perekonomian Indonesia , Jakarta : Erlangga
Irawan
dan suparmoko, 1987 , Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta : Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi
Hendar
dan Kusmadi, 1999, Ekonomi Koperasi, Jakarta : Lambang Penerbit Fakultas ekonomi
Matindas,
Benni E , 1999, Paradigm Politik Ekonomi : Kritik Total Terhadap Sistem Ekonomi
Mainstrean Seluruh Dunia, Jakarta : Bina Insani
Mubyarto,
1988, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES
Indonesia
Mubyarto,
1999, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan,
Jakarta : Aditya Media
Mubyarto,
2000, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi
Rachbini,Didik
J. dkk, 1999, Pembangunan Ekonomi Rakyat di Pedesaan : Sebagai strategi
Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta : Bina Rena Pariwara
Rahardja,
Pratama dan Manurung Mandala 2004 , Pengantar Ilmu Ekonomi ( Mikro Ekonomi dan
Makro Ekonomi ). Edisi Revisi. Jakarta : FEUI
Rintuh,
Cornelis, 1995, Perekonomian Indonesia, Edisi Pertama , Yogyakarta : Liberty
No comments:
Post a Comment