PENDAHULUAN
Buku FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI ini
mencoba menyajikan Filsafat Illmu Komunikasi secara lebih memadai ketimbang
buku-buku sejenis yang telah ada. dimulai dari pemahaman mengenai filsafat dan
filsafat ilmu, sampai kepada penjelajahan sejumlah perspektif ilmu komunikasi:
Positivisme, Post Positivisme, Interpretatif, Teori kritis, dan pengaruhnya
dalam pembentukan ilmu komunikasi.
Resensi
adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Tujuan dari
resensi menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya
itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. dan dalam penyajian
buku ini bermanfaat untuk kita dalam mengetahui bagaimana filsafat ilmu
komunikasi
Filsafat
Ilmu Komunikasi sangat penting bagi mahasiswa atau sarjana komunikasi yang
hendak melakukan pengembangan teori komunikasi melalui penelitian.dalam Praktik
penelitian.
PEMBAHASAN
A. Perspektif teori-teori komunikasi.
Perspektif adalah suatu sudut
pandang dan cara pandang terhadap sesuatu. Cara memandang atau pendekatan yang
gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang diperoleh.
Selain itu perspektif yang digunakan dalam menghampiri suatu peristiwa
komunikasi akan menghasilkan perbedaan yang besar dalam jawaban dan makna yang
deduksi. Perspektif juga selalu mendahului observasi manusia. Manusia bisa
mengamati suatu persitiwa dengan pikiran yang terbuka dan netral, namun begitu
harus mengobservasi suatu hal dan dapat melakukannya dengan cara tertentu.
Nilai perspektif tidak terletak
dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia mencerminkan realitas yang ada.
Semua perspektif yang dapat diperoleh adalah benar dan mencerminkan realitas.
Istilah dari perspektif tidak dipilih asal saja. melainkan menggunakan istilah
teori dan sudah tentu merupakan istilah yang tidak memadai dalam hal ini.
teutama karena adanya perkembangan mutakhir di bidang komunikasi manusia begitu
pesat
Penggunaan perspektif mewajibkan
untuk toleran pada perbedaan cara pandang juga arif dalam menggunakan berbagai
metode singkatnya, memilih suatu perspektif sama artinya dengan memilih
mengerjakan hal-hal menurut suatu cara pandang tertentu, tidak menurut satu
cara yang lain, yang tidak sera merta berlaku universal. Perspektif-perspektif
ilmu komunikasi ontologi dan epistemologi terdiri dari Realisme, Nominalis,
Konstruksionis.
B. Perspektif positivisme.
Model komunikasi linear atau
komunikasi satu arah merupakan salah satu model yang paling banyak dikenal dan
mudah dipahami. model ini adalah model komunikasi yang menggunakan perspektif
mekanistis, sehingga metodologi ilmu-ilmu alam digunakan dalan merumuskan
data,meneliti,dan menyimpullkan kebenaran tindakan komunikasi. model ini dapat
dilihat dari pengaruh metode ilmu alam pada ilmu komunikasi.
Sejarah positivisme, positivisme
dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya
Auguste Comte (1798-1857). Henry merupakan penggagas utama, sedang comte adalah
penerus dan pengembang gagasan ini. Auguste comte membangun suatu studi ilmiah
terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu
alam.
Gagasan positivisme, positif berarti
“apa yang berdasarkan fakta objektif” . secara tegas, yang “positif” berarti
yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna, serta mengklaim memiliki
kesahihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal (chimrique) ,
yang meragukan (indecision), yang kabur (vague), yang sia-sia (oiseux), dan
yang mengklaim memiliki kesahihan relatif. Perbedaan ini harus dibaca dalam
kerangka biner, bahwa yang satu lebih benar dan yang lainnya adalah salah.
Prinsip positivisme bersifat
empiris-objektif, deduktif-nomologis, instrumental-bebas nilai, ketiga asumsi
ini oleh Antony Gidden (F . Budi Hardiman, 2003:57) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
- Prosedur-prosedur metodologis ilmu-imu alam
dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial.
- Hasil-hasil riset dapat dirumuskan
dalam bentuk “hukum-hukum” seperti dalam ilmu-ilmu alam.
- Ilmu-ilmu sosial itu harus
bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental
murni.
Setelah pengenalan prinsip
positivisme, adapun beberapa ciri positivisme (Gahral Adian, 2002:68), yaitu
bebas nilai, fenomenalisme, nominalisme reduksionisme, naturalisme, dan
mekanisme. Norma-norma metodologi positivisme adalah sebagai berikut :
- Semua pengetahuan harus terbukti lewat
rasa-kepastian (sense of certainly) pengamatan sistematis yang terjamin secara
intersubjektif.
- Kepastian
metodis sama pentingnya dengan rasa kepastian. Kesahihan pengetahuan ilmiah
dijamin oleh kestauan metode.
- Ketepatan pengetahuan dijamin hanya oleh bangunan teori-teori yang secara
formal kokoh yang mengikuti deduksi hipotesis-hipotesis yang menyerupai hukum.
- Pengetahuan ilmiah harus dapat
dipergunakan secara teknis.
- Pengetahuan pada prinsipnya tak pernah selesai
dan relatif, sesuai dengan sifat relatif dan semangat positif. (F. Budi
Hardiman, 2003:55).
Positivisme logis, ada beberapa
prinsip dasar positivisme logis :
- Menolak perbedaan ilmu-ilmu alam
dan ilmu-ilmu sosial.
- Menganggap pernyataan-pernyataan yang ridak
dapat diverifikasikan secara empiris (seperti etika, agama, metafisika) sebagai
nonsense.
- Berusaha
menyatukan semua ilmu pengetahuan di dalam satu bahasa ilmiah yang universal.
- Memandang
tugas filsafat sebagai analisis atas kata-kata atau pernyataan-pernyataan (F.
Budi Hardiman, 2003:56).
C. Perspektif post positivisme: kritik terhadap
positivisme.
Post-positivisme, pada tahun
1970/1980-ana muncullah gugatan-gugatan mengenai kebenaran positivisme,
pemikirannya dinamai post-positivisme. post-positivisme merupakan pemikiran
yang menggugat asumsi dan kebenaran positivisme. Berikut ini dikemukakan
beberapa asumsi dasar post-positivisme, pertama, fakta tidak bebas melainkan
bermuatan teori. Kedua, falibiltas teori.
Post-positivisme dalam penelitian
sosial dan komunikasi, bila positivisme dalam bentuk dan logika klasiknya
ditolak oleh post-positivisme, fondasi filosofis apakah yang akan digunakan
post-positivisme sebagai kerangka kerja penilitian sosialnya. beberapa
penilitian sosial berargumen bahwa kekurangan-kekurangan dari pemikiran
positivisme pada dasarnya membutuhkan dasar filsafat ilmu yang berbeda, salah
satunya adalah menolak dan mengganti prinsip-prinsip positivisme (seperti
ontologi realisme,epistemologis objektif,dan aksiologi bebas-nilai) dengan
bentuk pemikiran yang menghargai prinsip nominalisme, subjektivisme, dan
nilai-nilai yang hadir dengan sendirinya (omnipresent).
Ontologi post-positivisme,
perspektif post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki
kelemahan-kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti. secara ontologis post-positivisme
bersifat crittical realism. Crittival realism memandang bahwa realitas memang
ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alama, tetapi suatu hal yang mustahil
bila manusia (peneliti) dapat melihar realitas tersebut secara benar (apa
adanya, sebagaimana, keyakinan positivisme).
Epistemolgi dan aksiologi,
post-positivisme bagaimanapun terlihat sama dengan positivisme, walaupun ada
beberapa perbedaan yang khas. seperti pada basis ontologi, semenatara
positivisme menekankan realisme mutlak, post-positivisme memelih realisme
kritis.
Struktur dan fungsi teori dalam
perspektif post-positivisme terdiri dari :
- Struktur teori perspektif post-positivisme.
- Fungsi teori perspektif post-positivisme.
- Kriteria evaluasi dan perbandingan teori.
- Proses perkembangan teori.
D. Perspektif interpretif
Sejarah perspektif interpretif ,
pemetaan akar sejarah dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan.
khususnya posisi filosofis Rene Descrates (1596-1650) . pada 1644 , descrates
mempublikasikan buku The Principles of Philosophy. Ia berpendapat bahwa semua
penjelasan dapat didasarkan pada observasi terhadap benda dan gerak (Descrates
1963). Pandangan dasar perspektif interpretif terdiri dari : fenomenologi,
hermeuneutika.interaksionisme simbolik. Dan ada teori interpretif dalam
komunikasi terdapat : ontologi teori interpretif, epistemologi teori
interpretif, aksiologi teori interpretif.
Struktur dan fungsi teori
interpretif terbagi menjadi : teori interpretif umum (general interpretiv
theories) , grounded theory, kriteria untuk evaluasi. Komunikasi dalam
perspektif interpretif terdiri dari : etnografi komunikasi , dramatisme dan
narasi.
E. Perspektif konstruktivisme.
Konstruktivisme berpendapat bahwa
semesta secara epistemologi merupakan hasil konstruksi sosial. pengetahuan
manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan
interaksinya dengan dunia objek material. pengalaman manusia terdiri dari
interprestasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Sejarah
perspektif konstruktivisme, bila dirunut ke belakang konstruktivisme yang
meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran dapat
dirunut pada teori Popper (1973).
Konstruktivisme dalam ilmu
komunikasi, teori konstruktivis atau konstrukvisme adalah pendekatan secara
teoretis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh jesse della dan
rekan-rekan sejawatnya (Miller, 2002) . konstrukvisme ini lebih berkaitan
dengan program penelitian dalam komunikasi antarpersona. Komunikasi berbasis
“Diri” , fokus perspektif post-positivisme adalah proses produksi suatu pesan.
Fokus ini dapat ditemukan pada komunikasi antarpersona. untuk dapat meninjau
komunikasi antarpersona dapat merujuk pada teori sosiolinguistik bernstein.
teori bernstein menyatakan bahwa individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi
oleh orientasi kehidupannya sendiri, dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam
hidupnya.
Konstruk hubungan dalam komunikasi,
faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri adalah konsep
tentang tujuan, setiap individu dalam interaksinya selalu berusaha untuk
memanajen tujuan. Model desain pesan, konsep tentang tujuan ini berimplikasi
pada adanya desain pesan dalam peristiwa komunikasi berbasis diri. desain pesan
didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajamen tujuannya untuk
kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya.
F. Perspektif teori kritis.
Teori kritis lahir sebagai koreksi
dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan
reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. teori kritis
dapat dianggap sama dengan paradigma konstruktivisme dengan alasan sebagai
berikut: (1). Teori kritis meyakini bahwa ilmu pengetahuan itu dikonstruksi
atas dasar kepentingan manusiawi. (2). Dalam praksis penelitian (dari pemilihan
masalah untuk penelitian, instrumen, dan metode analisis yang digunakan,
interterprestasi, kesimpulan dan rekomendasi). Dibuat sangat bergantung pada
pada nilai-nilai peneliti. (3). Standar penilaian ilmiah bukan ditentukan oleh
prinsip verifikasi atau falsifikasi melainkan didasarkan konteks sosial
historis serta kerangka pemikiran yang digunakan ilmuwan.
Sejarah perspektif kritis, teori ini
dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. konsep kritik yang dipergunakan Mazhab
Frankfurt memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada
masa-masa setelah Renaissance. Pengaruh Marxisme, Karl Marx (1818-1883)
merupakan filsuf yang memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan ilmu
pengetahuan sosial. Marx memandang bahwa teori kritik Hegel masih kabur dan
membingungkan, karena Hegel memahami sejarah secara abstrak. Marx menegaskan
bahwa yang dimaksud sejarah adalah sejarah perkembangan alat-alat produksi dan
sejarah hubungan-hubungan produksi.
Mazhab Frankfurt, teori kritis
dipengaruhi oleh Marxisme, namun dalam beberapa hal dinggap berbeda dengan
Marxisme. Teori ini disebut juga Mazhab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan
pada lembaga pertama yang mengembangkan teori kritis, yaitu institute fur
sozialfarchung di frankfurt, Main di Jerman. Pendekatan teori kritis pada
komunikasi, kajian komunikasi mulanya mencakup retorika saja, lalu muncullah
publisistik (ilmu persuratkabaran), maka berita terutama bagaimana cara
menyampaikan gagasan atau pesan melalui tulisan menjadi objek
komunikasi.Cultural studies (studi-studi budaya), istilah cultural studies
berasal dari centre for contemporary cultural studies (CCCS) di Universitas
Birmingham, yang didirikan pada tahun 1964. Studi-studi feminis, pencarian
muatan ideologi di balik apa yang dianggap biasa atau wajar adalah pola utama
perspektif kritis. Kehidupan ini dipenuhi oleh apa yang dianggap wajar atau
lazim, bahkan kebenaran pun bertumpu pada kelaziman.
No comments:
Post a Comment