Tuesday, 2 August 2016

Review Buku litle John edisi 9~teori komunikasi

Teori Komunikasi Edisi 9
Penerbit  
:
Edisi
:
Sembilan (9)
ISBN
:
978-981-4281-88-1
Tahun Terbit
:
2009
Bahasa
:
Indonesia
Halaman   
:
572
Ukuran 
:
19 x 26 cm

Dalam buku teori komunikasi karya littleJohn-Foss edisi 9 dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mempelajari teori komunikasi. Buku ini menyajikan materinya dalam bentuk tradisi – tradisi ilmiah sehingga pemhaca dapat mengetahui keberagaman dan kompleksitas dari ilmu komunikasi. Keseluruhan bab menyediakan skema penjelasan yang sistematis ke dalam delapan ruang lingkup komunikasi,yaitu pelaku komunikasi, pesan, percakapan, hubungan, kelompok, organisask media, masyarakat dan budaya, disertai dengan kutipan-kutipan dari para teoretikus komunikasi mengenai karya terkini mereka. Dalam tulisan ini terfokus pada tradisi kritik dalam pelaku komunikasi.
Pelaku Komunikasi (Tradisi Kritik)
Teori ini terpusat pada politik diri atau cara kita memosisikan diri masing-masing secara sosial sebagai individu yang diberi kuasa atau yang tidak diberi kuasa. Teori identitas politik (identity politics), kekuatan sosial pribadi, berbagai pandangan kritis yang sama tentang identitas dengan implikasi penting bagi pelaku komunikasi. Titik tolak bagi teori identitas diawali pada waktu banyaknya pergerakan sosial yang uncul di Amerika tahun 60-an, termasuk hak-hak masyarakat, kekuatan kulit hitam, pergerakan wanita dan pergerakan kaum gay./lesbian.
Berbagai pergerakan di atas, memiliki persamaan dalam beberapa asumsi tentang kategori identitas yakni: para anggota kategori identitas berbagi kesamaan analisis tentang tekanan mereka yang sama, tekanan yang sama menggantikan semua kategori identitas lainnya, para anggota kelompok identitas selalu menjadi sekutu satu sama lain. Ada 3 teori dalam tradisi kritik, yang berguna dalam membantu para ahli komunikasi memikirkan identitas dengan cara-cara yang rumit dan menantang. Yakni: teori sudut pandang, identitas sebagai yang dibentuk dan ditampilkan serta teori yang ganjil (queer theory).

a.      Teori Sudut Pandang (Standpoint Theory)
Teori ini mengkaji bagaimana keadaan kehidupan individu mempengaruhi aktivitas individu dalam memahami dan membentuk dunia sosial. Permulaan untuk memahami pengalaman bukanlah kondisi sosial, ekspektasi peran dan definisi gender, tetapi cara khusus di mana individu membentuk kondisi tersebut dan pengalaman mereka di dalamnya. Epistemologi sudat pandang memperhitungkan keragamaman dalam komunikasi wanita dengan memahami perbedaan sifat-sifat menguntungkan yang dibawa oleh wanita ke dalam komunikasi dan berbagai cara dalam penanaman tersebut yang mereka jalankan dalam praktiknya. Teori sudut pandang menjawab pandangan-pandangan esensial terhadap wanita. Hal terpenting bagi teori sudat pandang adalah ide pemahaman yang berlapis.
b.      Identitas yang Dibentuk dan Ditampilkan
Teori kritik identitas (theory critical identity) menyarankan bahwa identitas ada dalam konstruksi sosial kategeori itu oleh budaya yang lebih luas. Kita memperoleh identitas kita dalam bagian yang lebih luas dari konstruksi yang menawarkan identitas itu dari berbagai kelompok sosial di mana kita menjadi bagian–keluarga, masyarakat, subkelompok budaya dan ideologi dominan. Dengan mengabaikan dimensi identitas–gender, kelas, ras, seksualitas–identitas ditampilkan sesuai atau berlawanan dengan norma dan ekspektasi.Gender trouble milik Judith Butler adalah artikulasi identitas yang kuat karena keduanya dibentuk dan ditampilkan serta teori-teorinya memiliki pengaruh dalam memikirkan identitas dalam kajian komunikasi.
c.       Teori Queer
Secara histori, istilah queer punya beragam makna, yang mengacu pada sesuatu yang ganjil atau tidak biasa, seperti pada kata querky. Ditujukan untuk karakteritik negatif, seperti kegilaan, yang ada di luar norma-norma sosial. Asal teori queer dirujuk pada Teresa de Auretis yang pada tahun 1990 memilihnya sebagai judul sebuah konferensi yang ia koordinasi yang bertujuan mengacaukan kepuasan diri akan kajian lesbian dan homo.
Sebagai kajian interdisipliner, teori queer mempertahankan misi yang mengacaukan yang telah ditunjukkan oleh de Lauretis, dengan sengaja untuk menggoncangkan makna, kategori dan identitas di antara gender dan seksualitas. Teori ini berusaha membuat keganjilan, memusingkan, meniadakan, membatalkan, melebih-lebihkan, pengetahuan dan institusi yang heteronormative.
Dalam pendidikan, teori queer merupakan tantanagan besar terhadap gagasan-gagasan tradisional tentang identitas. Dalam kontradiksi dan paradoks, teori ini menemukan poin utamanya bagi keberhasilan dan batasannya. Secara marginal dan sentral, teori ini menawarkaan sebuah pandangan unik mengenai komunikasi, di antara ilmu-ilmu lainnya, dengan pendiriannya yang menganggu.

No comments:

Post a Comment